Articles by "Videos"


Penglipuran merupakan Wisata Budaya yang banyak dikujungi para turis setiap tahunnya, dikarenakan mempunyai keunikan tersendiri dimana terdapat rumah yang menggunakan arsitektur zaman dulu yang masih terjaga hingga saat ini.


Lokasi lokasi desa adat Penglipuran, berada di desa Kubu, kabupaten Bangli, provinsi Bali. Mungkin banyak dari anda tidak tahu, kabupaten Bangli di Bali bagian mana. Jika anda pernah wisata ke Kintamani atau Gunung Batur, inilah wilayah kabupaten Bangli. Lokasi desa penglipuran Bangli berada di ketinggian sekitar 600 – 700 meter dari permukaan laut. Akibat berada di posisi ketinggian ini, membuat udara sejuk akan terbayang oleh anda.

Sejarah Singkat :


Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur. Presepsi yang kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur” yang berarti hibur dan “lipur” yang berarti ketidak bahagiaan. Jika digabungkan maka penglipuran berarti tempat untuk penghiburan. 

Persepsi ini muncul karena Raja Bangli pada saat itu dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai. Di desa Penglipuran Bangli, bentuk dari tiap-tiap rumah penduduk hampir sama. Kemiripan dari tiap-tiap rumah terlihat pada pintu gerbang rumah, atap rumah dan dinding rumah menggunakan bambu, lebar pintu gerbang yang hanya muat untuk satu orang dewasa. Di masyarakat Bali pintu jenis ini di sebut angkul-angkul.

Daya Tarik :





Desa ini menganut tata ruang dengan konsep trimandala, dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda secara fungsi dan tingkat kesucian, yaitu utama, madya dan nista. Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan ruang madya menjadi dua bagian.

Di paling utara pada zona utama atau “ruang pada dewa”, berdiri bangunan suci pura bernama Penataran tempat beribadah para penduduk desa. Adapun zona madya atau “ruang manusia” terdapat 76 kaveling pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi ke dalam dua jajaran, yaitu barat 38 dan timur 38.

Setiap kaveling memiliki ukuran 800-900 meter persegi memanjang dari barat ke timur. Jalan desa sebagai pemisah dipertahankan bebas dari kendaraan roda empat dan tidak menggunakan aspal tetapi paving block dan batu sikat.

Bagian paling selatan adalah nista mandala atau “ruang bagi manusia yang telah meninggal” berupa tempat pemakaman penduduk desa.

Rumah setiap keluarga dalam setiap kaveling tampak hampir seragam semuanya, berada dalam pekarangan dan dibatasi oleh pagar tembok serta memiliki gerbang khas Bali sebagai pintu masuk.

Setiap pekarangan mempunyai beberapa bangunan berupa ruangan tidur, ruangan tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembayang dalam rumah. Antara satu pekarangan dengan pekarangan lainnya terdapat jalan sempit yang menghubungkan keduanya. Bangunan berarsitektur tradisional dengan material tiang dari kayu dan atap yang khas berupa sirap bambu.

Penggunaan bambu yang cukup dominan tidaklah mengherankan karena 40% dari luas wilayahnya merupakan hutan bambu. Material untuk bangunan bisa diambil dari hutan ini, di samping juga untuk bahan barang kerajinan dan kebutuhan untuk ritual. Dari sisi ekologis, hutan bambu berfungsi vital untuk menahan erosi mengingat kondisi lahan desa yang miring.

Kemampuan mempertahankan penataan ruang dan bangunan secara tradisional di desa Penglipuran, menjadi suatu daya tarik tersendiri sehingga akhirnya tempat ini berkembang menjadi desa wisata. Kegigihan para penduduknya untuk memperjuangkan keaslian desa juga patut mendapat penghargaan, tidak mengherankan desa Penglipuran pernah memperoleh anugerah Kalpataru.

Waktu Tempuh :
Waktu yang ditempuh dari kota Denpasar untuk menuju lokasi sekitar 1 jam 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua (motor) jika tidak ada hambatan (jalan lancar) , untuk waktu dari lokasi parkir hingga tempat wisata tidak lebih dari 1 menit, berjarak hanya 30m dari tempat parkir sudah sampai di objek wisata. 

Fasilitas Yang Tersedia :

  • Area Parkir kendaraan
  • Tempat Ibadah Umat Hindu
  • Kamar mandi / MCK
  • Tempat Istirahat
  • Rumah Makan
  • dan masih banyak lainya
Kendaraan Menuju Lokasi :
Untuk menuju tempat wisata dapat menggunakan kendaraan darat pribadi berupa motor, mobil, bus, dll. Untuk wisatawan interlokal/mancanegara yang tidak memiliki kendaraan, disarankan untuk menyewa kendaraan agar perjalanan lebih nyaman, dan leluasa, tidak disarankan menggunakan kendaraan antar jemput/ojek online, dsb. Tidak ada kendaraan di dalam objek wisata, perlajanan ditempuh dengan berjalan kaki.

Wisata Kuliner : 

Rumah  makan Pak Bagong merupakan salah satu  tempat makan yang terkenal di Bangli, setelah penat mengunjungi objek wisata, sangat disarankan untuk mengujungi rumah makan Pak Bagong yang beralamat di LC Subak Aya, Bebalang, Kec. Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80614. Rumah makan ini menyediakan menu ikan mujair dan ikan nila yang langsung dibudidaya dari danau batur. Menu andalan dari tempat makan ini yaitu mujair nyatnyat yang dibandrol dengan harga Rp 30.000- Rp 50.000 sudah bisa menikmati makanan ini, bumbu rempah-rempah yang meresap ke dalam ikan, dan ikan yang fresh dari budidaya langsung menambah cita rasa makanan. Dari desa Penglipuran berjarak sekitar 6,8 Km untuk dapat sampai ke rumah makan ini.

Tempat Menginap :


Guest House di Desa Penglipuran Bali yang terletak diantara rumah penduduk sengaja dibangun dan dirancang dengan desain yang unik, dimana ciri khas Rumah asli Desa Penglipuran menjadi rancangan desainya. Dengan dinding yang diberikan kesan terbuat dari anyaman bambu, serta atapnya terbuat dari tumpukan bambu yang dipotong membentuk sebuah bentuk yang seni. Untuk desain interior sudah dirancang dengan desain modern minimalis, hal ini bertujuan untuk kenyamanan ketika wisatawan istirahat. Guest House lainya lagi juga ada yang didesain dengan dinding yang terbuat dari batu bata warna abu, ini pun desain Rumah Bali yang tidak kalah menariknya.

Harga :
  • Guest House Penglipuran: Rp 500.000 / Kamar / Malam
  • Harga Tidak Termasuk Breakfast atau Sarapan Pagi
Fasilitas :
  • Queen Size Bedroom (Untuk 2 Orang)
  • Television
  • Standard Bathroom (Air Panas)
  • Sharing Living Hall
Biaya :

Tiket masuk(parkir) 
Di tempat wisata desa Penglipuran Bangli, tersedia tempat parkir yang lumayan luas dan lokasi parkir berdekatan dengan objek wisata. Biaya parkir sebesar Rp 3.000 / motor dan Rp. 10.000/mobil.  Untuk tiket memasuki wisata dikenakan biaya dengan rincian :

Wisatawan Domestik :
  • Dewasa Rp 15.000/org
  • Anak-anak Rp 10.000/org
Wisatawan Mancanegara
  • Dewasa Rp 30.000/org
  • Anak-anak Rp 25.000/org
Berikut Video dari Desa Wisata Penglipuran :


Wisata Religi dan Budaya adalah perjalanan wisata yang dilakukan dengan mengunjungi dan mempelajari tempat-tempat yang berkaitan dengan agama, adat istiadat, kepercayaan, cara hidup, budaya, dan sejarah.

Lokasi :



Pura Kehen adalah sebuah pura Hindu yang terletak di Desa Cempaga berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia, sekitar 45 km dari pusat Kota Denpasar. Letak lokasi berdasarkan alamatnya terletak di Jl. Sriwijaya No.8, Cempaga, Kec. Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80613

Sejarah Singkat :



Pura ini disebut juga sebagai Pura Hyang Api di mana kehen dalam Bahasa Bali berarti api. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak menggunakan candi bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan candi kurung. Di samping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon beringin turut memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Bangli. Terdapat tiga prasasti tembaga yang menyangkut keberadaan Pura tersebut.

Daya Tarik :





Pura Kehen menjadi salah satu warisan leluhur yang sangat dibanggakan masyarakat Bangli. Pura yang berada di kaki Bukit Bangli ini tampak megah saat dipandang dari jalan raya. Gapura berbahan batu padas nampak menjulang tinggi berhiaskan ukiran rumit. Tak hanya itu, pancaran nuansa klasik terasa masih sangat kental. Jalan masuk yang berundag, juga diapit dengan patung gajah yang berukuran besar. Hampir sama dengan aslinya. Ada pula patung mirip tokoh pewayangan yang seolah-olah turut menjaga keindahan pura itu.

Suasana sejuk alam pegunungan sangat terasa di Pura ini. Di halaman Madya Mandala juga tumbuh pohon beringin besar yang konon sudah berumur ratusan tahun. Tak ada yang berani menebang pohon secara sembarangan. Maklum karena itu disakralkan. Pemanfaatannya hanya diizinkan untuk keperluan upacara yadnya.

Keindahan yang ditawarkan tak hanya itu. Dari madya mandala juga terlihat indahnya pesona Kota Bangli yang masih asri dengan hijaunya pepohonan. Setelah ditelusuri, bangunan di utama mandala juga tak kalah megahnya. Sejumlah meru berjajar, berbalut ukiran berisi sentuhan cat prada. Mata menjadi tak ingin berhenti memandang. Berkat potensi yang dimiliki itu, pura yang masuk sebagai cagar budaya ini dijadikan salah satu objek wisata oleh pemkab. 

Waktu Tempuh :



Waktu yang ditempuh dari lokasi Ubud, Gianyar menuju lokasi Pura Kehen, Bangli sekitar 40 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda 2. Untuk lokasi dari ibukota Denpasar menempuh jarak -+ 41 km dengan waktu tempuh 50 menit menggunakan kendaraan roda 2.

Fasilitas Yang Tersedia :
  • Area Parkir kendaraan
  • Kamar mandi / MCK
  • Tempat Istirahat
  • Rumah Makan

Kendaraan Menuju Lokasi :

Kendaraan untuk menuju ke Pura Kehen dengan melalui jalur darat yaitu menggunakan kendaraan roda 2 (motor) ataupun kendaraan roda 4 (mobil, bus).

Wisata Kuliner :

Terdapat warung makan di sekitar pura dengan harga yang bersahabat dikantong.

Biaya :

Tiket masuk (parkir)
Tempat wisata dapat dikunjungi mulai pukul 09.00 AM – 05.00 PM, dengan membayar tiket dengan ketentuan :
  • Dewasa : Rp 10.000,00
  • Anak-anak : Rp 5.000,00
Berikut Video dari Pura Kehen :

Bagi traveler yang hobi mencari tempat yang kental akan budaya dan keunikannya, tentunya Desa Trunyan merupakan tempat yang wajib dikunjungin karena menyimpan keunikan tersendiri. 

Desa Trunyan  adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia. Terunyan terletak di dekat Danau Batur. Bagaimana tidak unik, orang yang sudah meninggal tidak dikubur seperti pada umumnya melainkan diletakkan begitu saja diatas tanah, hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius. Untuk lebih jelasnya berikut akan diulas secara sikat dan jelas.


Penjabaran Singkat :




Masyarakat Trunyan mempunyai tradisi pemakaman yang unuk, di mana jenazah tersebut di makamkan di atas batu besar yang memiliki 7 buah cekungan.

Adat Desa Trunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis dengan kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Trunyan meninggal secara wajar, mayatnya ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda (Rumah Miarta Yasa)

Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema (kuburan) itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetapi terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut, disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Trunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

Daya Tarik :



Desa trunyan terkenal dengan kebudayaan upacara kematian yang unik dibandingkan dengan daerah lainnya. Di desa trunyan memiliki berbagai macam aturan dalam upacara kematian :
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:
  1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
  2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.
Waktu Tempuh :
Waktu yang ditempuh dari lokasi Dermaga Kedisan di Danau Batur Bangli dengan sewa perahu akan memerlukan waktu 20-30 menit hingga tiba di lokasi.
Untuk menuju ke “Seme Wayah” tempat pemakaman mayat desa trunyan ini, ada 2 jalur yakni jalur pertama adalah jalur darat dan yang kedua adalah jalur danau. Jika melalui jalur darat, maka akan memakan waktu sekitar 45 menit dengan melewati desa penelokan. Jalur yang kedua adalah jalur danau, pada jalur ini pun ada 2 cara penyebrangan yakni lewat desa trunyan yang dapat memakan waktu sekitar 15 menit dan lewat pelabuhan kedisan akan memakan waktu sekitar 45 menit

Fasilitas :

Kendaraan Menuju Lokasi :




Kendaraan untuk menuju ke Desa Trunyan dengan melalui jalur Danau Batur yaitu menggunakan perahu boat.

Wisata Kuliner :


Disekitar daerah Danau Batur terdapat wisata kuliner sekaligus hotel yang menyediakan penginapan yang dekat dengan tempat destinasi wisata, yaitu : Segara Hotel & Restaurant Kedisan, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali 80652 

Biaya :

Tiket Masuk (parkir)
Untuk menuju ke tempat wisata diperlukan sewa perahu boat dengan total biaya bervariasi tergantung jumah orang yang diangkut dan kesepakatan dengan pembawa perahu.

Harga satu paket termasuk tiket masuk dan tour guide jatuh lebih murah dengan rincian sebagai berikut :
  • Rp.1.000.000 ( Maksimal 7 Orang )
  • Rp.900.000 ( Maksimal 4 Orang )
  • Rp.750.000 ( Maksimal 2 Orang )
Catatan :
  1. Harga tiket di atas untuk wisatawan Domestik
  2. Harga untuk Sewa Perahu Motor ( Private Boot )
  3. Maksimal Kapasitas 7 Orang/Perahu
  4. Charge Rp.100.000 untuk Turis Asing
  5. Sudah Termasuk HTM Pemakaman Desa Trunyan Bali + Donasi
  6. Sudah Termasuk Guide
Untuk harga terpisah :
  • Sewa boat Rp100.000 rupiah per orang(harga berbeda-beda).
  • Harga tiket masuk Rp10.000 per orang. 
Lokasi :


Berikut Video dari Desa Trunyan :


Di Bali terdapat banyak tempat melukat yang diyakini memiliki tuah tertentu, seperti halnya di Kabupaten Bangli, tempat melukat yang cukup populer di sini adalah Pancoran Tirta Sudamala yang terletak di desa Bebalang, tempat ini sudah cukup populer. Dan sekarang ada satu tempat lagi untuk genah melukat di Bangli yang cukup terkenal namanya Pura Taman Pecampuhan Sala, keberadaan tempat ini sudah cukup lama, namun baru dipopulerkan oleh para pengunjung yang pernah melukat ke sini.

Seperti namanya Pura Taman Pecampuhan Sala, tempat melukat di Bali tersebut berupa beji yang terletak di bawah “Pura Taman”, sedangkan “Pecampuhan” adalah pertemuan antara aliran dua sungai, sedangkan “Sala” adalah nama tempat dimana pura tersebut berada.

Lokasi :

Alamat atau lokasi dari Pura Taman Pecampuhan Sala berada di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Berada sekitar 4.5 km sebelah Barat kota Bangli, sedangkan jarak dari Denpasar sekitar 40 km, dan jarak dari tempat melukat Pancoran Tirta Sudamala 7.5 km.



Akses menuju ke lokasi, anda perlu jalan kaki menuruni anak tangga, sekitar 100 meter dari jalan raya, walaupun belum ada parkir yang memadai, anda bisa parkir di pinggir jalan, warga di sana sangat ramah, kalau merasa tersesat carilah Banjar Sala, maka semua orang akan tahu.


Seperti diketahui, setiap tempat atau genah melukat (meruwat) di Bali memiliki tuah dan khasiat masing-masing, dengan keyakinan penuh, dan rasa bakti yang tulus ikhlas niscaya apa yang diinginkan akan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan juga keluarga. Untuk tempat melukat letaknya tepat di bawah Pura Taman, di sana terdapat 9 buah pancoran, terbagi menjadi dua tempat terpisah. Bagian pertama yang paling atas terdapat 7 buah pancoran, dengan tinggi pancoran kira-kira mencapai 3 meter di tempat ini dibuat kolam penampung air setinggi 1 meter.


Kemudian 2 buah pancoran letaknya di bagian bawah pinggir sungai. Selain dari air suci yang mengalir dari 9 buah pancoran tersebut, tempat penglukatan lainnya adalah di sungai yang merupakan tempat pertemuan aliran dua buah sungai (campuhan). Dua sumber aliran sungai tersebut dinamakan Grojogan pesiraman Tan Hana untuk aliran sungai sebelah kiri dan Grojogan Pesiraman Dedari untuk sumber aliran air sebelah kanan. 

Untuk aliran sungai yang ke kiri terdapat sebuah pancoran lagi tempat melukat. Air yang mengalir di masing-masing sungai tersebut sangat jernih, sehingga menambah kesejukan hati dan pikiran bagi mereka yang ingin melukat.

Yang cukup menarik di tempat penglukatan Pura Taman Pecampuhan Sala, di setiap sungai tersebut terdapat air terjun, akses menuju lokasi sedikit menantang tetapi tidak terlampau sulit. Pemandangan air terjun cukup menarik dan eksotis, diapit oleh tebing-tebing batu yang mempercantik air terjun tersebut. Bagi mereka yang cinta keindahan, tentu tidak akan melewatkan tempat tersebut untuk sekedar foto selfie, mengabadikan perjalanan wisata religi anda.

Airnya yang mengalir jernih memang sangat ideal juga untuk mandi, membasuh tubuh membersihkan raga dan secara spiritual membersihkan rohani anda, terasa segar dan menyenangkan, ditambah keindahan alam sekitarnya yang asri, hijau dan sejuk. Menikmati keindahan alam nyata dan spiritual di tempat ini, anda akan merasa betah berlama-lama menikmati kesegaran aliran mata air di  Penglukatan Pura Taman Pecampuhan Sala.

Informasi tentang Pura Taman Pecampuhan Sala, melengkapi daftar tempat melukat di Bali, seperti halnya tempat penglukatan lainnya, Pura Taman Pecampuhan Sala ini dipercaya memiliki tuah dan khasiat seperti Tirta Pule untuk pengobatan, Tirta Pandan untuk penolak Bala, Tirta Bungbung untuk kelancaran ekonomi dan Tirta Tulak Wali untuk keharmonisan keluarga, mempererat hubungan suami istri agar langgeng.

Tentunya dengan dasar keyakinan yang tinggi, rasa bakti dan tulus ikhlas, tempat ini diyakini bertuah dan sakral. Pada saat hari raya besar atau hari suci bagi umat Hindu seperti Banyupinaruh, purnama, tilem dan kajeng Kliwon, banyak umat Hindu yang datang ke tempat ini.

Wisata spiritual ke Pura Taman Pecampuhan Sala memang terasa spesial, di saat anda akan melakukan acara melukat, anda akan dipandu dan diarahkan oleh seorang pecalang yang bertugas di Pura Taman Pecampuhan Sala, bahkan mereka siap berbasah-basah juga menyebrangi sungai untuk mengantar anda ke lokasi melukat, termasuk juga mereka bisa mengantar ke tempat air terjun yang berada di dua sungai tersebut, mereka dengan sabar mengarahkan para pemedek menuju tempat melukat, bahkan anda bisa meminta bantuan mereka untuk sekedar foto selfie di tempat-tempat cantik seperti air terjun.

Para Pecalang dengan sukarela mengantar anda dan itupun tidak dipungut bayaran sepeserpun, tetapi tentunya kita sebagai umat beragama, sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Bhatara yang melinggih di Pura Taman Pecampuhan Sala dan terima kasih kepada warga setempat, bisa dengan sukarela menghaturkan dana punia seiklasnya.

Keberadaan tempat melukat di Bali ini sudah lama, karena baru populer, maka sejumlah tempat dibenahi dan penambahan sejumlah fasilitas seperti ruang ganti dan sejumlah pelinggih di tempat penglukatan juga direhab. Jika anda berencana melukat pastikan juga membawa pakaian ganti, karena akan dipastikan akan basah kuyup, apalagi anda melukat di campuhan sungai. Untuk itu perlu pakaian ganti untuk sembahyang. Jika anda suka foto selfie terutama di kawasan sungai dan air terjun, hati-hati dengan kamera anda karena melewati areal yang dipenuhi dengan aliran air.

Urutan Melukat Dan Sarana Banten Di Pura Taman Pecampuhan Sala :



Adapun urutan anda melukat dan melakukan persembahyangan di Pura Taman Pecampuhan Sala, melakukan persembahyangan terlebih dahulu di pelinggih depan tempat melukat, selanjutnya penglukatan mulai dari sungai Campuhan kemudian menuju sungai sebelah kanan (Grojogan Pesiraman Dedari) sekaligus menikmati indahnya air terjun. Selanjutnya menuju sungai sebelah kiri (Grojogan pesiraman Tan Hana) di sini juga ada sebuah pancoran tempat melukat. 

Selesai melakukan penglukatan di areal sungai. Menuju dua buah pancoran di pinggir sungai, dan terakhir menuju ke tempat penglukatan dengan 7 buah pancoran. Selesai melukat, terakhir menghaturkan bakti (sembahynag) di Pura Taman.

Adapun sarana banten, bagi mereka yang pertama kali datang dengan tujuan melukat di Pura Taman Pecampuhan Sala diantaranya sebuah banten pejati, dihaturkan di tempat melukat, tetapi kalau ada banten pejati lagi setelah selesai melukat bisa dihaturkan di Pura Taman. Perbanyak juga canang sari untuk dihaturkan di sejumlah tempat melukat.

Pada setiap hari raya besar, jro mangku dan pecalang akan selalu stanby di lokasi, tetapi jika beliau tidak ada, sudah ada nomer telepon Jro Mangku dan Pecalang dipasang di sini. Jro Mangku Tirta : 0821-4478-2318.

Berikut Video dari Pura Taman Pecampuhan Sala :


Pencinta Wisata Budaya dan Spritual di Bali, terutama bagi warga Hindu tidak hanya bisa bersembahyang di pura untuk memenuhi kebutuhan rohani di tempat tersebut terdapat pemandian suci ataupun beji yang bisa difungsikan sebagai tempat melukat diri dengan tujuan-tujuan spiritual. Purta Tirta Sudamala, tempat ini selalu ramai pada saat-saat hari suci agama Hindu.

Pura Tirta Sudamala terletak di desa wisata Banjar Pakraman Sedit, Bebalang – Bangli. Terletak di tepi sungai Tukad Singsing yang berada di dasar lembah sungai yang masih asri, pepohonan di bantaran sungai terlihat hijau dan rimbun ditambah aliran air sungai yang jernih menyuguhkan pemandangan alam yang benar-benar berbeda, dimana sekarang jarang kita menemukan sungai dengan airnya mengalir jernih.


Sehingga menjadikan tempat ini sebagai wisata rohani yang mumpuni sebagai tempat refresh, sekaligus memohon berbagai kesembuhan kepada Sang Pencipta. Tempat ini sudah dikelola dengan baik oleh warga setempat, sehingga pengunjung merasa nyaman dan aman.

Pancoran ini terletak di bagian jaba (luar) pura Tirta Sudamala, Sampai di lokasi anda sudah bisa melihat 9 buah pancoran tingginya kira-kira (sekitar 3.5 meter) di sisi sebelah Selatan, yang dikenal sebagai pancoran Dewata Nawa Sanga, kemudian ada 6 buah pancoran yang tidak pada sisi sebelah Utara yang dibagi menjadi dua bagian, sebagian adalah berupa toya (yeh) kelebutan (mata air alam) masing-masing yaitu kelebutan Toya Langse diyakini sebagai stana Sang Hyang Taksu, kelebutan Toya Bulan sebagai stana Julit Putih dan kelebutan Toya Penyeseh atau disebut sebagai penglukatan Madu Kama dan sebagian lagi 3 buah pancoran cukup rendah diyakini sebagai penglukatan Widyadara, Widyadari dan Tirta Sudamala.




Urutan atau tata cara melukat di Pancoran Pura Tirta Sudamala, dimulai dari tiga buah kelebutan yang berada di sungai, kemudian beranjak menuju 9 buah pancoran tinggi atau pancuran Dewata Nawa Sanga dan terakhir ke 3 buah pancoran kecil di sebelahnya. Setelah anda melukat di 15 buah pancuran tersebut barulah anda melanjutkan dengan persembahyangan. Perlu diketahui pancoran Dewata Nawa Sanga ini cukup tinggi, sangat terasa sekali saat guyurannya menimpa tubuh anda, untuk itulah perhatikan juga jika membawa anak-anak ikut serta, akan sangat terasa sekali di tubuh mereka.


Begitu juga salah satu sumber air yang dikenal dengan dengan kelebutan Toya Penyeseh, kelebutan ini pantang untuk orang yang sedang hamil, jika ini dilakukan khawatirnya terjadi hal-hal yang negatif. Pancuran yang ada di jaba Pura Tirta Sudamala ini diperuntukkan untuk melukat atau meruwat membersihkan dan menyucikan jiwa raga dari pengaruh negatif dari segala kekuatan ilmu hitam dan melebur segala kekotoran. Jika anda membutuhkan pengobatan alternatif untuk kesembuhan penyakit anda yang disebabkan oleh kekuatan negatif, atau ingin melebur segala mala (kotoran) dalam tubuh manusia maka anda perlu melukat atau meruwat di sini.


Pancoran Pura Tirta Sudamala ini, selain memang diperuntukkan untuk melukat, tempat ini memang terkesan begitu damai, tenang dan nyaman, keindahan alam sekitarnya, membalut tempat dengan nuansa mistis yang indah dan damai. Tebing-tebing sungai begitu indah dan alami dengan aliran sungai yang jernih, jauh dari polusi perkotaan dan juga limbah-limbah pabrik, yang keberadaanya tentu mulai langka di Bali. Air pancuran yang mengalir jernih ini, tidak pernah surut, walaupun musim kemarau. Air dari alam ini juga dimanfaatkan oleh warga sebagi air minum, sedangkan air pancoran dan kelebutan yang mengalir langsung ke sungai dimanfaatkan untuk mandi.

Akses Menuju Pancoran Pura Tirta Sudamala :


Jika perjalanan dari arah Gianyar, masuk ke jalur Gianyar – Bangli, sampai di desa Belalang, sebelum (selatan) kota Bangli ada sebuah pertigaan dengan petunjuk ke kiri menuju Pura Tirta Sudamala. Untuk tempatnya bisa diakses dengan kedaraan sepeda motor maupun mobil. Sampai di lokasi anda menuruni jalan beraspal sekitar 200 meter, sebelum sampai ke puranya akan bertemu dengan sebuah pos dimana nantinya akan membayar tiket masuk sebesar 2000 rupiah/orang dan 1000 rupiah untuk parkir. Bila sudah sampai di area tujuan, parkir yang disediakan juga cukup luas pada hari-hari suci seperti purnama, tilem, kajeng kliwon ataupun banyupinaruh, banyak warga yang datang ke sini dengan tujuan melukat.



Memasuki areal Pura Tirta Sudamala tidak dikenakan biaya atau tiket masuk, tetapi jika anda mau anda bisa mepunia secara sukarela. Di areal pura di jaga seorang warga yang bernama bapak Sukarja. Apabila kita ketempat tersebut ingin menikmati keindahan dan kesegaran air ditempat tesebut bisa melakukan sewa kamben lengkap dengan slendang sebesar 5000 rupiah/orang, loker untuk menaruh barang-barang sebesar 5000 rupiah untuk sewa kamar mandi sebesar 2000 rupiah/orang. Untuk tempat makan diareal pura tersedia tempat makan berupa warung sederhana yang sekiranya cukup mengganjal perut



Semakin banyak yang tahu akan keberadaan pancuran Tirta Sudamala ini, semakin meningkat juga kunjungan warga ke tempat ini, apalagi mereka yang sudah tahu dan merasakan khasiatnya.

Berikut Video dari Pura Tirta Sudamala :





Bangli adalah kecamatan sekaligus menjadi ibukota Kabutapen Bangli, Provinsi Bali, Indonesia. Kecamatan Bangli mempunyai luas wilayah sebesar 56,26 km2. Menurut jenis penggunaan tanah, paling luas digunakan untuk tegal/huma dan perkebunan, yang masing-masing luasnya 25,52 km2 dan 12,70 km2.

Kecamatan Bangli memiliki batas- batas sebagai berikut:
UtaraKecamatan Kintamani
SelatanKabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung
BaratKecamatan Susut
TimurKecamatan KintamaniKecamatan Tembuku, dan Kabupaten Klungkung
Berikut Video dari Kabupaten Bangli :


MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget